Total Tayangan Halaman

Senin, 27 Desember 2010

Diduga Dibuang, Bayi Tewas Mengenaskan


MARTAPURA – Sesosok mayat bayi laki-laki yang diduga baru berumur seminggu ditemukan mengapung di Sungai Komering, tepatnya di Desa Kromongan, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKUT, kemarin (26/12) sekitar pukul 12.30 WIB. Sontak saja, kejadian itu langsung menggemparkan warga sekitar.

Mayat bayi malang yang diduga orang tuanya ini pertama kali ditemukan oleh seorang penambang pasir sebut saja Heriadi (35), warga setempat. Secara umum, kondisi mayat bayi mengenaskan. Dimana, tubuhnya membengkak, tempurung kepala pecah, mulut robek, memar di dada, daging pergelangan tangan kiri habis tinggal tulang.

Tak hanya itu, pada bagian pusar bayi juga masih terlihat ari-ari yang belum di potong. Berdasarkan informasi yang dihimpun di tempat kejadian Perkara (TKP), bayi ditemukan Heriadi (35). Saat itu, dirinya tengah mengambil pasir di sungai Komering. Secara tak sengaja, dirinya melihat sebuah benda seperti boneka menyangkut pada rakit tempat menambang pasirnya.

Lantaran curiga atas benda yang dilihatnya, dirinyapun mendekati benda itu dan terkejut saat tahu benda tersebut bukan boneka melainkan mayat bayi yang sudah mulai membusuk. “Aku kiro cuman boneka. Nyatonyo mayat bayi la membusuk,” ucapnya.

Melihat kejadian itu, sejumlah penambang pasir lainnyanyapun berdatangan. Mereka langsung melaporkan penemuan mayat tersebut ke Mapolsek Martapura. Setelah petugas datang, selanjutnya mayat bayi tersebut langsung dievakuasi untuk diidentifikasi. Hingga berita ini diturunkan, tak ada seorangpun yang mengenali bayi tersebut.

Kapolres Kabupaten OKUT AKBP ML John Mangundap SH SIk, melalui Kasat Reskrim AKP Fitriadi Asnawi didampingi Kapolsek Martapura AKP Armil membenarkan penemuan mayat bayi tersebut. “Awalnya saksi mengira kalau itu hanya boneka. Saksi baru tahu kalau itu adalah mayat setelah didekatinya,” ujarnya. Dikatakan, saat dilakukan TKP pihaknya menduga kalau bayi tersebut, sudah meninggal sejak empat hari yang lalu. “Untuk kepentingan penyelidikan, sejumlah warga sudah dimintai keterangannya. Pastinya, kasus ini akan kami ungkap,” paparnya.

Selasa, 21 Desember 2010

Balapan Liar Kian Memprihatinkan


MARTAPURA – Aksi balapan liar kian memprihatinkan di Martapura, Kabupaten OKUT, kemarin malam (18/12), sekitar pukul 23.00 WIB. Sejumlah anak remaja dengan nekadnya melakukan aksi kebut-kebutan di jalan raya yang notabenenya sangat membahayakan nyawa mereka. Terlebih, saat melakukan aksi itu, mereka kerap tak menyalakan lampu.

Melihat tingkah mereka ini, tak hanya aparat polisi saja yang gerah. Melainkan, sejumlah wargapun terganggu istirahatnya lantaran bisingnya suara kenalpot motor. Terkait hal ini, satuan lalu lintas (Satlantas), didukung anggota Sabara Polres OKUT, Armed dan Puslatpur langsung turun menggelar razia gabungan.

“Ini merupakan kegiatan rutin yang kami lakukan. Karena, adanya informasi dari masyarakat terkait aktivitas balapan liar ini, jelas mengganggu. Selain itu, mengancam keselamatan dari pelaku itu sendiri,” ungkap Kapolres OKUT AKBP ML John Mangundap SH SIk, melalui Kasat lantas AKP Sugiat SH MH didampingi Kanit Regident Polres OKUT Iptu Wawan Andi, disela-sela razia.

Dikatakan, dalam kegiatan ini, sengaja dilakukan secara gabungan melibatkan TNI. “Ini kita lakukan karena kekompakan kita. Sehingga, razia ini bisa tepat sasaran,” ucapnya. Umumnya, pelaku balapan liar adalah kalangan remaja baik yang berdomisili di OKUT maupun di luar OKUT.

“Apapapun alasannya, jelas aktivitas ini sangat mengganggu masyarakat. Apalagi, dilakukan di tengah kota. Tak hanya itu, jalur ini merupakan jalan utama yang kerap dilalui kendaraan roda empat, tentunya sangat rawan kecelakaan,” katanya sembarai mengatakan, dari razia ini setidaknya enam kendaraan bermotor berhasil diamankan.

Diberitakan sebelumnya, Kasat Lantas Polres OKU Timur AKP Sugiat SH MH mengatakan, bagi mereka yang kedepatan balapan liar akan dikenakan sangsi sesuai dengan pasal 297 tentang peraturan lalu lintas yang berbunyi, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor (balapan liar) di jalan raya akan dikenakan pidana 1 tahun dan denda Rp 3 juta.

“Dalam pasal ini jelas-jelas dinyatakan hukuman dan dendanya, jadi bagi mereka yang kedapatan akan kita tindak sesuai dengan undang-undang yang berlaku,” katanya.

Operasi Lilin, Polres Kerahkan 293 Personil

MARTAPURA – Dalam rangka pengamanan hari Natal dan Tahun Baru 2011, Polres OKU Timur akan menggelar Operasi Lilin dengan menurunkan sebanyak 293 personil. Terdiri dari, 257 personil Polri, 6 Personil dari TNI, 12 Personil Dinas Perhubungan (Dishub), 12 personil Pol PP dan 6 staf dari Dinas Kesehatan (Dinkes).

Sejumlah personil akan disebar di sejumlah titik yaitu gereja, pusat perbelanjaan, dan lokasi rawan kriminal lainnya. “Semuanya titik rawan akan diamankan semua. Untuk liburan tahun baru juga akan dijaga,” ujar Kapolres OKU Timur AKBP ML John Mangundap SH SIk, memalui Kabag Ops Kompol Gendi Marzanto SH.

Dikatakaan, dari 257 personil polres OKU Timur, 202 diantaranya dikhususkan untuk melakukan penjagaan terhadap 101 gereja yang tersebar di OKUT. “Satu gereja masing-masing dijaga dua anggota polisi,” kata Gendi.

Selain melakukan penjagaan terhadap gereja, Polres juga menyiapkan 2 Pos pengamanan (Pos Pam), yakni Pos pam di Simpang empat Tanjung Kemala Martapura, Pos Pam di pasar Gumawang Belitang. “Masing-masing pospam akan dijaga oleh personil dari Polri, TNI, Dishub, Pol PP dan dari dinas kesehatan,” ungkapnya.

Gelar Pasukan Operasi Lilin ini rencananya dilakukan pada 23 Desember 2010 mendatang. Sedangkan untuk kategori daerah rawan, nanti akan ditingkatkan pengamanan mulai dari penjagaan yang perketat dan patroli. “Selain itu untuk wilayah yang rawan laka dan kriminalitas lainnya. Penempatan personil dari jauh-jauh hari sudah mulai menjaga tempat yang masuk kategori rawan,” ucap Gendi.

Dari keterbatasannya personil antara Polres dan Polsek untuk mengamankan Kabupaten OKU Timur perlu peran penting tokoh masyarakat dan agama ikut serta dalam pengamanan jalannya Natal dan Tahun baru. Nantinya pengamanan di sejumlah titik rawan tergantung dari masing-masing Polsek. “Kita akan terus mewaspadai secara langsung pengamanan sampai situasinya kondusif,” ungkapnya.

Sawah Tadah Hujan Terancam Kering


MARTAPURA – Hujan yang tak kunjung tiba, mulai dikeluhkan para petani. Terutama, petani sawah tadah hujan di kabupaten OKU Timur. Sawah tadah hujan yang selama ini mengandalkan air hujan sebagai pengairan, terancam kekeringan lantaran cuaca yang sepekan ini mulai panas.

Nah, untuk mengantisipasi kekeringan ini, beberapa petani terpaksa menggunakan sumur bor untuk mengairi sawahnya. Priyatno (65), misalnya. Petani yang berasal dari Bukit Sari mengaku, sudah lebih dari sepekan ini petani di daerahnya menggunakan sumur bor untuk mengaliri sawah. “Ini baru memasuki musim tanam. Bibitnya sendiri baru ditanam kurang lebih satu bulan,” ujarnya.

Perubahan cuaca yang tidak menentu ini, menurut Priyatni membuat petani bingung. Padahal, bulan Desember ini seharusnya sudah memasuki musim hujan. Namun nyatanya, sudah sepekan lebih tidak turun hujan. “Inikan Musim hujan, tetapi pasokan air untuk padi yang baru ditanam kurang. Terpaksa kita harus mengambil air dari sumur bor. Akibatnya hampir sebagian para petani di sekitar sini mengalami kekeringan,” jelasnya.

Sawah petani banyak yang terancam kekeringan apalagi tanaman tersebut baru saja ditanam. Dan ini bisa mengakibatkan benih padi mati. "Memang, saat ini tanaman padi petani belum ada yang mati, tetapi bila tidak hujan beberapa hari lagi mungkin tanaman tersebut akan menguning dan mati,” katanya.

Hal senada dikatakan Budi (28) warga Terukis Rahayu. Menurutnya, musim tanam kali ini cukup mengkhawatirkan petani. Padahal kondisi ini masih memasuki musim tanam pertama setelah musim kemarau. “Walupun kita sudah mengairi sawah dengan sumur bor, tapi nanti hasilnya tidak sebagus hasil panen yang diairi hujan,” tukasnya.

Padahal, sudah bertahun-tahun petani mengandalkan air hujan untuk pengairan sawahnya. Dan jika tidak turun hujan petani bisa saja mengalami gagal panen. “Petani menjadi khawatir karena sawah tersebut merupakan harapan masyarakat untuk menambah pendapatannya, namun terancam kekeringan,” pungkasnya.

Jalan Provinsi Kembali Rusak


MARTAPURA – Kerusakan jalan milik provinsi seakan tiada habisnya. Kerusakan jalan mencapai puluhan kilometer jalan provinsi di Kabupaten OKU Timur masih saja terjadi. Seperti jalan sepanjang 22,8 km yang menghubungkan Desa Kurungan Nyawa, Kecamatan Buay Madang menuju Gumawang, Kecamatan Belitang. Selain itu, jalan provinsi jalur komering dari Desa Kurungan Nyawa hingga Simpang Kepuh Desa Rasuan, Kecamatan Madang Suku I sepanjang 48 km juga mengalami rusak. Padahal saat ini kondisi jalan masih masuk masa pemeliharaan.

Anggota DPRD OKU Timur dari Fraksi Partai Demokrat (PD) Ibrahim mengungkapkan, kondisi jalan milik provinsi sampai sekarang belum dilakukan perbaikan secara serius oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga (DPU-BM) Sumatera Selatan (Sumsel). Bahkan terkesan dibiarkan. Meski dilakukan perbaikan sifatnya hanya tambal sulam dan tidak serius.

Selain jalur Kurungan Nyawa menuju Belitang, kerusakan jalan milik provinsi juga terjadi di jalur komering. Di sini, kerusakan terlihat parah. Lubang berdiameter besar terlihat di beberapa ruas jalan, bahkan sebagian nyaris membuat jalan terputus. “Kita sangat berharap agar kiranya pihak provinsi segera melakukan perbaikan dan jangan sampai kita dianaktirikan,” tukasnya.

Kerusakan jalan milik provinsi ini sudah cukup lama. Namun hingga kini belum ada perbaikan, bahkan terkesan dibiarkan rusak. Karenanya, dia meminta agar pihak terkait segera mengambil langkah-langkah kongkrit untuk melakukan perbaikan jalan. “Ya jangan sampai masyarakat menjadi marah karena merasa OKU Timur ini dianaktirikan oleh provinsi,” terangnya.

Sementara, Kepala Dinas PU BM OKU Timur Ir Agus Sunaryo, MM mengungkapkan, ruas jalan milik provinsi yang terdapat di kabupaten OKU Timur kembali rusak. Padahal saat ini masih masuk dalam tahap pemeliharaan.

“Untuk perbaikan jalan milik provinsi di OKU Timur tahun depan Pemerintah provinsi (Pemprov) sudah menyiapkan dana sebesar Rp 33,8 miliar lebih. Yang mencakup tiga bidang pekerjaan yang akan dilaklakukan oleh PU BM, PU Cipta Karya (CK) dan PU Pengairan,” ungkapnya.

Dirincikan, untuk perbaikan jalan provinsi, dana yang sudah dialokasikan sebesar Rp28,5 miliar sisanya untuk proyek yang ada di PU CK dan PU Pengairan. Ruas jalan provinsi di OKUT yang akan ditingkatkan pada 2011 diantaranya jalur Gumawang – Petanggan – Kurungan Nyawa – Desa Kota Baru Martapura dianggarkan Rp 3,5 miliyar. Guna peningkatan ruas jalan KTM Belitang dianggarkan sebesar Rp 1,5 miliar. Peningkatan Ruas Jalan Kurungan Nyawa-Belitang dialokasikan dana sebesar Rp 7 miliyar.

Kemudian ruas jalan yang menghubungkan Petanggan-Tanjung Kemuning-Batas OKI dialokasikan sebesar Rp 6 miliyar. Simpang Kepuh– Kurugan Nyawa Rp 6 miliyar. Kurungan Nyawa-Martapura Rp 6 miliar dan dana yang akan dialokasikan untuk pemeliharaan ruas jalan Martapura - Simpang Martapura – Muaradua sebesar Rp 3,5 miliyar lebih.

Senin, 06 Desember 2010

Bakal Disulap Menjadi Taman Bermain


Harus diakui, kondisi Kios Lantai II Pasar Impres kumuh. Diperlukan langkah cepat agar daerah itu tak menjadi “seram”. Selain menimbulkan bau pesing, ruang yang adapun menjadi hunian kelelawar. Rencananya, DKKP setempat bakal melakukan pembangunan jembatan penghubung hingga taman bermain anak-anak.

Trobosan baru akan dilakukan Dinas Kebersihan, Keindahan Pasar (DKKP) Kabupaten OKU Timur untuk memfungsikan kembali Pasar Impress Lantai II. Dengan kondisi yang kini kumuh hingga dihuni kelelawar, rencananya bakal disulap menjadi kawasan bermain anak-anak dengan berbasis teknologi.

Ini terungkap, saat wartawan OKU TIMUR POS menyambangi orang nomor satu di DKKP, Ir Darmasiswandy disela-sela kesibukannya kemarin. Dirinya mengungkapkan, kekhawatiran tentang keberadaan kios Lantai II yang terbengakalai tersebut. “Bangunan itu memang sudah berdiri sejak Kabupaten OKU Timur belum dimekarkan,” ujarnya.

Hanya saja lanjut dia, jika bangunan tersebut direhap lalu kembali dijadikan kios untuk para pedagang rasanya sangat sulit. Untuk itulah, diperlukan pola baru untuk memancing kawasan itu ramai tanpa harus mengotori lingkungan di sekitarnya.

Dirinya merencanakan bangunan yang terbengkalai tersebut akan disulap menjadi tempat bermain anak-anak seperti (Time Zone). Ini tandas dia, membaca peluang yang sangat baik jika kios tersebut dijadikan tempat bermain anak. “Akan ada daya tarik tersendiri. Segmen ini menjadi harapan agar kelestarian asset kita tetap terjaga dengan baik,” imbuhnya.

Memang, tidak mudah rencana itu terwujud. Harus ada upaya yang dilakukan. Diantaranya menggaet para investor. “Kita juga harus mempu memberikan pemaparan terkait peluang bisnis yang ada di kawasan itu. Pastinya, ini sebuah harapan baru yang bakal menjadi sarana peluang usaha,” tukasnya.

Selain itu, lanjut Darma, jembatan penghubung antara Lantai Ii Pasar Impress belakang dengan Lantai II menuju Lantai II tempat penjahit, memang sangat dibutuhkan agar pengunjung dari tidak perlu direpotkan dengan turun naik tangga jika ingin menyebrang.

“Untuk mempermudah akses, jalan menuju Lantai II bangunan yang di belakang, rencananya kita akan membangun jembatan layang sebagai penghubung antara kios lantai II yang ditempati para tukang jahit,” tambahnya seraya mengatakan, dengan kios Lantai II yang akan dijadikan tempat bermain anak. (*)

Minggu, 05 Desember 2010

OKUT Berhasil Raih Penghargaan IMP Award 2010


Belum lama ini, Kabupaten OKU Timur terpilih mewakili Sumsel untuk mengikuti lomba Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP). Terpilihnya daerah berjuluk sebiduk sehaluan ini mewakili Sumsel tak lepas dari tahapan seleksi dari mulai pengajuan profil Kabupaten OKU Timur, paparan tentang potensi kabupaten, dan validasi, hingga OKUT mampu menyingkirkan puluhan peserta lainnya dengan masuk tiga besar.

Berbagai penghargaan bergengsi mampu diraih Kabupaten OKUT baik ditingkat provinsi maupun nasional. Prestasi tersebut nampaknya bukan hal yang sulit didapat kabupaten ini.

Bahkan dalam waktu dekat ini OKUT akan kembali dianugerahi penghargaan IMP Award 2010 yang rencananya akan diserahkan langsung Kementerian Dalam Negeri.

“Kriteria penilaian untuk meraih penghargaan IMP Award 2010, telah dilakukan beberapa waktu lalu dengan dibagi dalam tiga tahap,” ungkap Ir Darmasiswandy, Kelapa Dinas Kebersihan dan Keindahan Pasar OKUT.

Kabupaten OKU Timur dapat lolos kata Darma, karena memenuhi semua kriteria yang telah ditentukan hingga mampu menyisihkan puluhan peserta dari berbagai kabupaten kota lain.

Disegi inovasi lanjut Darma, OKUT lebih unggul dari kabupaten dari aspek sumber daya alam dan asset “Banyak inovasi baru yang sudah dimunculkan kabupaten ini di usainya yang masih muda. Ini tentunya merupakan sesuatu yang bernilai lebih,” jelasnya.

Kedepan kata Darma, dari segi inovasi, DKKP akan menutup Jalan Kolonel Burlian Martapura yang berada di depan Kantor Pos sampai Simpang Tugu Stasiun Pasar Martapura.

“Selanjutnya Pedagang Kreatif Lapangan (PKL) akan diposisikan di badan jalan yang berhadapan dengan pemilik kios. Kita sudah mendapatkan persetujuan dari bupati. Bupati juga menyetujui penutupan Jalan Kolonel Burlian tersebut,” ucapnya.

Namun kata Darma, Bupati juga meminta gambaran posisi PKL lebih ditata agar terlihat lebih menarik sehingga nantinya. “Jika gambaran sudah jelas baru kita akan membicarakan masalah ini dengan instansi terkait,” tukas Darma.(**)

Rabu, 04 Agustus 2010

Wajah Kerut Yang Masih Mencari Isi Perut

Kehidupan para lansia yang tak layak kini banyak dijumpai di sekitar kita, banyak dari mereka yang bekerja keras membanting tulang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga. umur seakan tak menjadi masalah berarti bagi mereka, walaupun sebenarnya umur mereka sudah tidak produktif lagi untuk bekerja.

Keadaan ini dirasakan Karmi, salah seorang lansia yang berusia 65 tahun ini belum dapat menikmati masa tuanya dengan bermain bersama cucu dan cicitnya dirumah seperti harapan semua lansia pada umumnya.

Keadaan tidak mengizinkan Karmi yang akrab disapa Mamak Subur ini untuk beristirahat, karena menurutnya jika dirinya hanya berdiam diri dirumah ia tidak tau apakah dapurnya dapat berasap atau tidak, tentunya ini tidak merugikan dari pihak manapun selagi para lansia itu masih sanggup dan tidak mengganggu orang lain.

Karmi yang dilahirkan tahun 1945 yang bertepatan dengan tahun kemerdekaan tidak mengingat persis tanggal dan bulan berapa ia dilahirkan, dirinya hanya mengingat saat dilahirkan bangsa Indonesia sudah merdeka.

“Ibu lupa nak tanggal sama bulan lahir Ibu, tapi setau Ibu bangsa Indonesia sudah merdeka. Namun meskipun sudah merdeka keadaan kami tidak pernah dimerdekaan lantaran setiap hari kami masih terus berfikir bagaimana caranya agar perut kami bisa terisi dengan makanan untuk hari ini dan seterusnya,” ucap warga yang tinggal didesa Kampung Sawah ini.

Setiap pagi hari Karmi harus bergegas kepasar dengan membawa sebanyk delapan Kilo bubuk kopi untuk dijualnya dipasar inpres Martapura, dalam sehari Karmi hanya mampu menjual tiga hingga empat kilo kopi saja, sementaranya suaminya Ebat (70) harus menggarap sawah tetangganya dengan dibayar sistim upahan.

“Sebelum jam 07.00 wib Ibu sudah dipasar membawa delapan kilo kopi dengan ojek, sedangkan bapak garap sawah milik tetangga, sedangkan anak-anak Ibu sama susahnya seperti kami jadi sangat tidak memungkinkan bagi kami untuk mengandalkan kehidupan dari anak,” ungkap Ibu yang memiliki enam anak, 12 cucu, dan dua orang cicit ini.(*)


Jumat, 23 Juli 2010

Warga Masih Gunakan Kayu Bakar


JAYAPURA – Warga desa Condong kecamatan Jayapura selama ini untuk keperluan memasak sehari-hari masih menggunakan kayu bakar menyusul naiknya sejumlah harga komoditas bahan pokok seperti beras, cabe keriting dan lain sebagainya.

“Warga sini komunitas mata pencarian adalah bertani dengan penghasilan tahunan, jadi jangankan untuk membeli gas, untuk makan sehari-hari sulit karena didesa ini harga isi ulang tabung gas Rp. 20 ribu per tiga kilonya,” Ucap Komarudin (35) salah seorang warga yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak.

Senada disampaikan Parwadi (40) Warga sekitar, dirinya mengatakan meskipun dirumahnya sudah ada kompor gas hasil pembagian pemerintah daerah namun tetap menggunakan kayu baker karena selain praktis cara mendapatkannyapun mudah tanpa mengeluarkan biaya.

"Meskipun diantara penduduk sini ada beberapa yang mendapatkan pembagian gas namun warga tetap beralih kekayu baker, karena sebagian warga tidak mampu untukmembeli gas elpiji seberat tiga kilogram dengan harga Rp 20 ribu per tabung. Karena itu, warga beralih ke kayu bakar," kata Parwadi,

Dengan melonjaknya harga kebutuhan bahan pokok di pasaran dirinya terpaksa mencari kayu bakar di sekitar kebun karet yang tidak jauh dengan kediamannya. Penggunaan kayu bakar tentu sangat meringankan ekonomi keluarga.

“Warga sini rata-rata berpenghasilan tahunan, jadi untuk lebih hemat rata-rata warga lebih dominant menggunakan kayu baker disbanding kompor gas ataupun kompor minyak,” tuturnya.

Menurut dia, penggunaan kayu bakar sangat mengirit keuangan karena jika beli gas elpiji ukuran tiga kilogram mencapai Rp 20 ribu per tabung. Oleh karena itu, dirinya setiap hari mencari kayu bakar dari ranting pohon yang mati maupun daun pohon kelapa yang sudah tua. “Saya kira lebih baik menggunakan kayu bakar dibandingkan gas elpiji," katanya.(fit)

OKUT Bebas Daging Gelonggongan Dan Celeng


MARTAPURA – Setelah merebaknya kasus daging geloggongan dan daging celeng beberapa pecan lalu ditelevisi, namun hal tersebut tidak mempengaruhi para pedagang daging di pasar Martapura.

Pemerintah kabupaten oku timur harus patut bangga pada pedagang daging sapi karena meski saat ini tegah di hebohkan dengan daging celeng dan gelonggonga, namun pedagang daging di pasar martapura tidak terpengaruh dengan hal tersebut “Warga OKU Timur khususnya di wilayah Martapura ini masih pribumi, segala sesuatu yang dilakukan masih dengan cara instans, jadi rata-rata pedagang melakukan pemotongan daging sendiri-sendiri di karenakan tidak memiliki TPH (Tempat Pemotongan Daging),” ungkap Faisal (40) pedagang daging di pasar Martapura pada Koran ini kemarin (11/3)

Masih kata Faisal, rata-rata pedagang daging disini memotong sapi sendiri karena tidak memiliki tukang jagal dan TPH, “ika memang ada tukang jagal atau TPH hal itulah yang akan membuat omset kami menurun karena jika pedagang mengambil aging pada tukang jagal maka daging tersebut bisa saja daging gelonggongan atau celeng.” ungkapnya.

Senada disampaikan Ismail, dirinya mengungkapkan meskipun di kota-kota besar masyarakat di hebohkan dengan daging gelonggongan, namun hal tersebut tidak mempengaruhi omset kami, “alahamdulilah, meski sekarang sering di kabarkan tentang aging gelonggongan dan celeng, namun kami masih tenang-tenang saja dan tidak memperngaruhi omset kami, bahkan setiap hari kami memotong satu ekor sapi selalu habis bahkan kurang, ujar Ismail.

Sementara itu, Endang (50) ibu rumah tangga yang bermukim di desa sungai binjai Martapura saat membeli daging dipasar Martapura mengatakan bahwa dirinya tidak takut untuk membeli daging meski banyak di kabarkan tentang daging gelonggongan atau celeng. “saya biasa beli daging di pasar Martapura tempat langganan saya, dan saya tidak takut tentang berita daging celeng atau gelonggongan karena saya percaya sama pedagangnya, untuk apa mencari keuntungan lebih kalau pelanggan berkurang,” ujar Endang saat memilih-milih daging yang akan dibelinya.(fit)

Banjir Bandang Serbu Pemungkiman Warga


Martapura - Ribuan warga yang mungkim di desa pakusengkunyit, Tanjung Aman, dan Tanjung Kemala Martapura Kecamatan OKU Timur. Pasalnya susanan yang sebelumnya terlihat tenang manjadi gempar setelah dikethui bahwa pemukiman mereka terendam banjir, tanpa berfikir panjang dan tak ingin ada korban jiwa warga pun beramburan ke luar rumah mencari dataran tinggi untuk menyelamatkan diri. Peristiwa ini berawal dari pukul 23.00 Wib (18/2) warga melihat luapan air yang begitu deras, namun beberapa waktu kemudian ketinggian air semakin bertambah pada pukul 01.00 (19/2) dini hari yang mengakibtakan ketinggian air mencapai 2 meter “ kami mengira hanya banjir biasa, karena sebulmnya di banjir yang terjadi di sini hanya dalam ketinggian maksimal di bawah 1 meter, namun selang beberapa jam kemudian luapan air makin deras sehingga memaksakan kami untuk mengungsi ujar Riyanto Ketua RT 03 Lingkungan 4 Kebun Jati Barat Martapura kemarin (19/2), senada juga di sampaiakn oleh Suwita Warga yang sama, dirinya mengungkapkan bahwa di tahun ini merupakan banjir yang paling parah di kabupaten ini, sebelumnya hanya terjadi banjir biasa sehingga warga tidak perlu mengungsi namun untuk kali ini kami di haruskan mengungsi untuk menghindari korban jiwa, ujar Suwita.

Berdasarkan data yang di peroleh dari Posko Bencana pada Dinas Kesejahteraan Sosial (Dinkesos) OKU Timur, kemarin (19/2) menyebutkan, banjir yang terjadi di tengah malam itu setidaknya telah melanda empat kecamatan meliputi Kecamatan Martapura, Madang Suku I, Madang Suku II dan Madang Suku III. Banjir kali ini juga nyaris melumpuhkan ruas jalan raya Muaradia yang menghubungkan Kota Martapura (OKU Timur) dengan Muaradua (OKU Selatan) dan Kota Martapura dengan Kota Gumawang Belitang karena ketinggian air mencapai satu meter menggenangi kedua ruas jalan milik provinsi tersebut.

Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana OKU Timur, Drs Darlizar Effendi ketika dikonfirmasi menyebutkan pemerintah daerah saat ini tengah melakukan langkah evakuasi terhadap warga yang masih terjebak banjir mengingat ketinggian air masih ada yang tergenang setinggi dada orang dewasa. Kondisi itu terjadi di kampung sawah Martapura.“Sedangkan di Kecamatan Madang Suku I dan Madang Suku II sejauh ini belum ada warga yang dievakuasi,” terangnya.

Darlizar menyebutkan akibat banjir kali ini sebanyak 1.734 jiwa di Kampung Sawah Kelurahan Paku Sengkunyit Martapura yang terpaksa di evakuasi. Sedangkan di Desa Tanjung Kemala terdapat 775 jiwa yang harus mengungsi dan di Desa Tanjung Kemala tercatat 520 jiwa yang telah dievakuasi. Sedangkan banjir yang melanda Kecamatan Madang Suku II dilaporkan, sebanyak 29 rumah yang terendam banjir. Di Kecamatan Madang Suku III, banjir menggenangi dua desa masing-masing Desa Surabaya tercatat 18 rumah dan 105 hektar sawah serta 5 hektar tanaman karet terendam dan Desa Banding Agung terdapat 11 hektar sawah 8 hektar tanaman karet terendam termasuk 75 rumah Kantor desa dan Masjid dengan ketinggian air mencapai 2 meter lebih.

Hal yang sama juga dirasakan oleh warga RT 2, RW 3 tak hanya keluarga kerabat yang di ungsikan oleh warga ini, namun puluhan hewan ternak juga di ungsikan ke dataran lebih tinggi “ kami megungsi sejak semalam karena luapan air semakin tinggi, bahkan masih ada sebagian warga yang berdiam di rumah mereka meskipun sudah di perintahkan untuk mengungsi, ujar Budianto (50) Wakil RT 2, Rw 3 Kelurahan Pakusengkunyit kemarin.

Di waktu yang bersamaan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten OKU Timur HM. Farid Fairuzi M.Kes Melalui Sekretarisnya Uliyani berserta rombongan dari RSUD Martapura, dan Puskesmas Kota Baru lagsung terjun ke lapangan untuk mendirikan posko kesehatan “ saat ini kami tengah membentuk tiga posko yakni di desa Tanjung Aman, Desa Kampung Sawah Kebun Jati Barat, dan Desa Kampung Sawah Cidawang, saat ini dari beberapa korban belum ada laporan terkena penyakit serius, hanya penyakit kulit biasa da kami sudah atasi masalah itu, ujar Uliyani.(fit)

Bayi kelamin ganda tanpa anus


sekitar 8hari anak saya di rawat di rumah sakit, dan dokter memastikan kalau jenis kelamin anak saya ini bukan laki-laki tapi perempuan, karena saluran tempat buang air kecil yang berfungsi adalah di saluran yang perempuan, sementara saluran jenis kelamin laki-lakinya tidak berfungsi, sementara tepat pembuangan air besar yang tidak dimiliki anak saya Dokter berinisiatif mebuatkan saluran Anus di perut bagian sebelah kiri, setelah anak ini memiliki berat badan 10 Kilo baru anak saya akan dibuatkan anus seprti anak-anak normal pada umunya, ujar Ratih.

FITRIA ARIANI - MARTAPURA

Sungguh malang nasib Dedek Kurniawan, bayi yang dilahirkan tanggal 15 Januari lalu ini tidak memiliki saluran tempat pembuangan air besar (anus), serta memiliki 2 kelamin sekaligus, laki-laki dan perempuan. Anak yang dilahirkan dari pasangan Ratih (35) dan Usman (40) ini berawal ketika Ratih melahirkan anak ke 5 nya ini didesa Mekakau Ranau OKU Selatan, ketika itu Ratih tidak bersalin melalui Bidan melainkan Dukun karena kondisi keluarga ini memang tidak bercukupan, disaat Dedek sudah lahir ratih terkejut melihat anaknya berjenis kelamin ganda

“Tanggal 15 Januari lalu suami saya Usman mengajurkan untuk melahirkan anak ke 5 saya sama dukun karena ekonomi keluarga kami memang sangat pas-pasan, jangankan untuk bersalin kebidan untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah susah, karena kami hanya mengandalkan perkerjaan suami saya yag sehari-harinya bekerja di kebon kopi milik orang lain yang penghasilannya setahun sekali, disaat anak saya lahir dukunnya bilang kalau anak saya ini memiliki kelaianan dengan lahir tanpa anus dan berjenis kelamin ganda, namun dukun meyakinkan saya bahwa anak yang saya lahirkan ini berjenis kelamin laki-laki, oleh sebab itu kami memberinya nama Dedek Kurniawan ujar Ratih kemarin (22/2).

Nah, lanjut Ratih setelah Dedek berusia 2 Minggu saya memutuskan untuk kembali ke Martapura tepatnya di desa Tanjung Kemala Ujung RT 2 RW 2 No. 221 tempat nenek saya dan meninggalkan suami saya di kebon karena saya tidak tahan dengan kondisi anak saya yang rewel, sampai diMartapura saya dianjurkan Nenek saya untuk memmeriksakan anak saya ke Rumah Sakit Umum Baturaja, sekitar 8hari anak saya di rawat di rumah sakit, dan dokter memastikan kalau jenis kelamin anak saya ini bukan laki-laki tapi perempuan, karena saluran tempat buang air kecil yang berfungsi adalah di saluran yang perempuan, sementara saluran jenis kelamin laki-lakinya tidak berfungsi, sementara tepat pembuangan air besar yang tidak dimiliki anak saya Dokter berinisiatif mebuatkan saluran Anus di perut bagian sebelah kiri, setelah anak ini memiliki berat badan 10 Kilo baru anak saya akan dibuatkan anus seprti anak-anak normal pada umunya, ujar Ratih.

Adik dari Eko (15), Siti (10), Robi (7), dan Rahma (2,5) ini saat dilahirkan berkemungkinan berat badan yang dimilikinya tidak dibawah normal, karena saat usia Dedek yang lenih dari 1 bulan berat badan nya hanya mencapai 3 Kilo, bisa diperkirakan saat di lahirkan Bayi mungil hanya meiliki berat 24 Ons, saat hamil saya memang tidak pernah memberikan Gizi yang baik untuk anak saya karena kami memang serba kekurangan, tapi diantara ke 5 anak saya baru kali ini saya memiliki anak dengan kondisi yang memprihatinkan,

Sementara Handiyah (79), nenek dari Ratih mengatakan saya sengaja menyuruh cucu saya ini untuk tinggal disini bersama saya dan kakek nya, karena kondisi anaknya yang tidak memungkinkan antuk tinggal di iebun bersama suaminya karena di sana daerahnya sangat terpencil dan jauh dari keramian, takutnya kalau nanti ada apa-apa susah untuk mencari pertologan, sementara Usman suami Ratih masih di Ranau untun bekerja, s esekali ia datang kesini untuk menjenguk anak dan istrinya, ujar Handiyah. Kami sangat berharap kepada Pemerintah atau para dermawan yang bersedia membantu kami sangat mengharapkan uluran tangannya, karena saya tidak kuasa melihat kondisi cicit saya ini, apalagi saat dokter mengungkapkan kalau saluran salura tempat pembuangan air besar akan di pindahkan seperti layaknya anak-anak normal lainnya menuggu berat badannya sampai 10 Kilo, kalau menunggu sampai berat 10 Kilo saya perkirakan usia anak ini sudah 1 tahun, saya khawatir kalau menunggu selama itu apa tidak semakin susah untuk melaksanakan Operasi, apa karena cucu saya hanya menggunakan Askes terus pemeriksaannya tidak maksimal seperti ini, dan cucu saya Ratih ini juga tidak banyak bertanya sama Dokter, mungkin karena orang kebon dan tidak pahan tentang medis jadi Ratih hanya menurut saja apa kata Dokter, Ujar Handiyah.(fit)

Pasca Rampok, Bendung Perjaya Sepi Pengunjung


MARTAPURA – Pasca musibah rampok yang dialami Ginawan, (22) warga OKU yang mengakibatkan dirinya mengalami luka serius dibagian kening serta harus merelakan tiga buah ponsel miliknya dirampas perampok saat dirinya tengah asik menikmati menikmati keindahan wisata air, ini membuat pengunjung bendung irigasi perjaya semakin sepi pengunjung. Pasalnya semenjak pemberitaan Koran ini beberapa waktu lalu ini semakin membuat pengunjung trauma. Pantauan Koran ini kemarin (13/4) beberapa sudut tempat wisata andalan kabupaten OKUT ini nyaris tak ada pengunjung yang datang untuk menikmati suasana keindahan wisata air. Sesekali hanya terlihat pengemudi yang hanya sekedar lalu lalang melintasi tempat wisata ini. Ditemui Koran ini kemarin Leo (28) saat kebutalan melintas dikawasan ini, dirinya mengatakan memang sekarang bendung ini sepi pengunjung bahkan bisa dikatakan tidak ada sama sekali, ini membuat pedagang yang perjualan diseputaran tempat wisata ini nyaris tidak ada pembeli karena pengunjung takut. “Saya mengtahui tentag kejadian rampok yang dialami oleh pengunjung beberapa waktu lalu, kalo tidak salah kejadiannya paa hari minggu. Biasaya setiap hari libur bendung ini selalu ramai pengunjung. Namun pasca musibah rampok itu pengunjung tempat wisata ini nyaris menghilang karena takut menjadi korban rampok berikutnya” Ungkap Leo. Senada disampaikan Zul (40) yang juga merupakan warga seputaran bendung perjaya. Zul mengatakan setidaknya bendung yang menjadi wisata andalan kabupaten ini dapat lebih dijaga. Tidak hanya dari segi fasilitas namun juga kemanan. Apalagi korban rampok kemarin merupakan warga luar, semestinya kita sebagai warga malu karena saat kita berkunjung keluar kita selalu dalam keadaan aman hingga sampai rumah, namu kenapa saat mereka yang mengunjungi tempat kita keselamatan mereka malah terancam. “Bendung ini sekarang Cuma sekedar tempat wisata bae, tapi wisatawan yang datang dak katek. Ini terjadi sejak musibah rampok dulu. Mestinyo kito malu, kito datang ketempat uong aman-aman bae hingga sampai rumah. Nah, giliran uong yang datang tempat kito malah celako, itu artinyo kito dak menghormati tamu” Ungkap Zul dengan logat komeringnya.(fit)