Total Tayangan Halaman

Jumat, 23 Juli 2010

Warga Masih Gunakan Kayu Bakar


JAYAPURA – Warga desa Condong kecamatan Jayapura selama ini untuk keperluan memasak sehari-hari masih menggunakan kayu bakar menyusul naiknya sejumlah harga komoditas bahan pokok seperti beras, cabe keriting dan lain sebagainya.

“Warga sini komunitas mata pencarian adalah bertani dengan penghasilan tahunan, jadi jangankan untuk membeli gas, untuk makan sehari-hari sulit karena didesa ini harga isi ulang tabung gas Rp. 20 ribu per tiga kilonya,” Ucap Komarudin (35) salah seorang warga yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak.

Senada disampaikan Parwadi (40) Warga sekitar, dirinya mengatakan meskipun dirumahnya sudah ada kompor gas hasil pembagian pemerintah daerah namun tetap menggunakan kayu baker karena selain praktis cara mendapatkannyapun mudah tanpa mengeluarkan biaya.

"Meskipun diantara penduduk sini ada beberapa yang mendapatkan pembagian gas namun warga tetap beralih kekayu baker, karena sebagian warga tidak mampu untukmembeli gas elpiji seberat tiga kilogram dengan harga Rp 20 ribu per tabung. Karena itu, warga beralih ke kayu bakar," kata Parwadi,

Dengan melonjaknya harga kebutuhan bahan pokok di pasaran dirinya terpaksa mencari kayu bakar di sekitar kebun karet yang tidak jauh dengan kediamannya. Penggunaan kayu bakar tentu sangat meringankan ekonomi keluarga.

“Warga sini rata-rata berpenghasilan tahunan, jadi untuk lebih hemat rata-rata warga lebih dominant menggunakan kayu baker disbanding kompor gas ataupun kompor minyak,” tuturnya.

Menurut dia, penggunaan kayu bakar sangat mengirit keuangan karena jika beli gas elpiji ukuran tiga kilogram mencapai Rp 20 ribu per tabung. Oleh karena itu, dirinya setiap hari mencari kayu bakar dari ranting pohon yang mati maupun daun pohon kelapa yang sudah tua. “Saya kira lebih baik menggunakan kayu bakar dibandingkan gas elpiji," katanya.(fit)

OKUT Bebas Daging Gelonggongan Dan Celeng


MARTAPURA – Setelah merebaknya kasus daging geloggongan dan daging celeng beberapa pecan lalu ditelevisi, namun hal tersebut tidak mempengaruhi para pedagang daging di pasar Martapura.

Pemerintah kabupaten oku timur harus patut bangga pada pedagang daging sapi karena meski saat ini tegah di hebohkan dengan daging celeng dan gelonggonga, namun pedagang daging di pasar martapura tidak terpengaruh dengan hal tersebut “Warga OKU Timur khususnya di wilayah Martapura ini masih pribumi, segala sesuatu yang dilakukan masih dengan cara instans, jadi rata-rata pedagang melakukan pemotongan daging sendiri-sendiri di karenakan tidak memiliki TPH (Tempat Pemotongan Daging),” ungkap Faisal (40) pedagang daging di pasar Martapura pada Koran ini kemarin (11/3)

Masih kata Faisal, rata-rata pedagang daging disini memotong sapi sendiri karena tidak memiliki tukang jagal dan TPH, “ika memang ada tukang jagal atau TPH hal itulah yang akan membuat omset kami menurun karena jika pedagang mengambil aging pada tukang jagal maka daging tersebut bisa saja daging gelonggongan atau celeng.” ungkapnya.

Senada disampaikan Ismail, dirinya mengungkapkan meskipun di kota-kota besar masyarakat di hebohkan dengan daging gelonggongan, namun hal tersebut tidak mempengaruhi omset kami, “alahamdulilah, meski sekarang sering di kabarkan tentang aging gelonggongan dan celeng, namun kami masih tenang-tenang saja dan tidak memperngaruhi omset kami, bahkan setiap hari kami memotong satu ekor sapi selalu habis bahkan kurang, ujar Ismail.

Sementara itu, Endang (50) ibu rumah tangga yang bermukim di desa sungai binjai Martapura saat membeli daging dipasar Martapura mengatakan bahwa dirinya tidak takut untuk membeli daging meski banyak di kabarkan tentang daging gelonggongan atau celeng. “saya biasa beli daging di pasar Martapura tempat langganan saya, dan saya tidak takut tentang berita daging celeng atau gelonggongan karena saya percaya sama pedagangnya, untuk apa mencari keuntungan lebih kalau pelanggan berkurang,” ujar Endang saat memilih-milih daging yang akan dibelinya.(fit)

Banjir Bandang Serbu Pemungkiman Warga


Martapura - Ribuan warga yang mungkim di desa pakusengkunyit, Tanjung Aman, dan Tanjung Kemala Martapura Kecamatan OKU Timur. Pasalnya susanan yang sebelumnya terlihat tenang manjadi gempar setelah dikethui bahwa pemukiman mereka terendam banjir, tanpa berfikir panjang dan tak ingin ada korban jiwa warga pun beramburan ke luar rumah mencari dataran tinggi untuk menyelamatkan diri. Peristiwa ini berawal dari pukul 23.00 Wib (18/2) warga melihat luapan air yang begitu deras, namun beberapa waktu kemudian ketinggian air semakin bertambah pada pukul 01.00 (19/2) dini hari yang mengakibtakan ketinggian air mencapai 2 meter “ kami mengira hanya banjir biasa, karena sebulmnya di banjir yang terjadi di sini hanya dalam ketinggian maksimal di bawah 1 meter, namun selang beberapa jam kemudian luapan air makin deras sehingga memaksakan kami untuk mengungsi ujar Riyanto Ketua RT 03 Lingkungan 4 Kebun Jati Barat Martapura kemarin (19/2), senada juga di sampaiakn oleh Suwita Warga yang sama, dirinya mengungkapkan bahwa di tahun ini merupakan banjir yang paling parah di kabupaten ini, sebelumnya hanya terjadi banjir biasa sehingga warga tidak perlu mengungsi namun untuk kali ini kami di haruskan mengungsi untuk menghindari korban jiwa, ujar Suwita.

Berdasarkan data yang di peroleh dari Posko Bencana pada Dinas Kesejahteraan Sosial (Dinkesos) OKU Timur, kemarin (19/2) menyebutkan, banjir yang terjadi di tengah malam itu setidaknya telah melanda empat kecamatan meliputi Kecamatan Martapura, Madang Suku I, Madang Suku II dan Madang Suku III. Banjir kali ini juga nyaris melumpuhkan ruas jalan raya Muaradia yang menghubungkan Kota Martapura (OKU Timur) dengan Muaradua (OKU Selatan) dan Kota Martapura dengan Kota Gumawang Belitang karena ketinggian air mencapai satu meter menggenangi kedua ruas jalan milik provinsi tersebut.

Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana OKU Timur, Drs Darlizar Effendi ketika dikonfirmasi menyebutkan pemerintah daerah saat ini tengah melakukan langkah evakuasi terhadap warga yang masih terjebak banjir mengingat ketinggian air masih ada yang tergenang setinggi dada orang dewasa. Kondisi itu terjadi di kampung sawah Martapura.“Sedangkan di Kecamatan Madang Suku I dan Madang Suku II sejauh ini belum ada warga yang dievakuasi,” terangnya.

Darlizar menyebutkan akibat banjir kali ini sebanyak 1.734 jiwa di Kampung Sawah Kelurahan Paku Sengkunyit Martapura yang terpaksa di evakuasi. Sedangkan di Desa Tanjung Kemala terdapat 775 jiwa yang harus mengungsi dan di Desa Tanjung Kemala tercatat 520 jiwa yang telah dievakuasi. Sedangkan banjir yang melanda Kecamatan Madang Suku II dilaporkan, sebanyak 29 rumah yang terendam banjir. Di Kecamatan Madang Suku III, banjir menggenangi dua desa masing-masing Desa Surabaya tercatat 18 rumah dan 105 hektar sawah serta 5 hektar tanaman karet terendam dan Desa Banding Agung terdapat 11 hektar sawah 8 hektar tanaman karet terendam termasuk 75 rumah Kantor desa dan Masjid dengan ketinggian air mencapai 2 meter lebih.

Hal yang sama juga dirasakan oleh warga RT 2, RW 3 tak hanya keluarga kerabat yang di ungsikan oleh warga ini, namun puluhan hewan ternak juga di ungsikan ke dataran lebih tinggi “ kami megungsi sejak semalam karena luapan air semakin tinggi, bahkan masih ada sebagian warga yang berdiam di rumah mereka meskipun sudah di perintahkan untuk mengungsi, ujar Budianto (50) Wakil RT 2, Rw 3 Kelurahan Pakusengkunyit kemarin.

Di waktu yang bersamaan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten OKU Timur HM. Farid Fairuzi M.Kes Melalui Sekretarisnya Uliyani berserta rombongan dari RSUD Martapura, dan Puskesmas Kota Baru lagsung terjun ke lapangan untuk mendirikan posko kesehatan “ saat ini kami tengah membentuk tiga posko yakni di desa Tanjung Aman, Desa Kampung Sawah Kebun Jati Barat, dan Desa Kampung Sawah Cidawang, saat ini dari beberapa korban belum ada laporan terkena penyakit serius, hanya penyakit kulit biasa da kami sudah atasi masalah itu, ujar Uliyani.(fit)

Bayi kelamin ganda tanpa anus


sekitar 8hari anak saya di rawat di rumah sakit, dan dokter memastikan kalau jenis kelamin anak saya ini bukan laki-laki tapi perempuan, karena saluran tempat buang air kecil yang berfungsi adalah di saluran yang perempuan, sementara saluran jenis kelamin laki-lakinya tidak berfungsi, sementara tepat pembuangan air besar yang tidak dimiliki anak saya Dokter berinisiatif mebuatkan saluran Anus di perut bagian sebelah kiri, setelah anak ini memiliki berat badan 10 Kilo baru anak saya akan dibuatkan anus seprti anak-anak normal pada umunya, ujar Ratih.

FITRIA ARIANI - MARTAPURA

Sungguh malang nasib Dedek Kurniawan, bayi yang dilahirkan tanggal 15 Januari lalu ini tidak memiliki saluran tempat pembuangan air besar (anus), serta memiliki 2 kelamin sekaligus, laki-laki dan perempuan. Anak yang dilahirkan dari pasangan Ratih (35) dan Usman (40) ini berawal ketika Ratih melahirkan anak ke 5 nya ini didesa Mekakau Ranau OKU Selatan, ketika itu Ratih tidak bersalin melalui Bidan melainkan Dukun karena kondisi keluarga ini memang tidak bercukupan, disaat Dedek sudah lahir ratih terkejut melihat anaknya berjenis kelamin ganda

“Tanggal 15 Januari lalu suami saya Usman mengajurkan untuk melahirkan anak ke 5 saya sama dukun karena ekonomi keluarga kami memang sangat pas-pasan, jangankan untuk bersalin kebidan untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah susah, karena kami hanya mengandalkan perkerjaan suami saya yag sehari-harinya bekerja di kebon kopi milik orang lain yang penghasilannya setahun sekali, disaat anak saya lahir dukunnya bilang kalau anak saya ini memiliki kelaianan dengan lahir tanpa anus dan berjenis kelamin ganda, namun dukun meyakinkan saya bahwa anak yang saya lahirkan ini berjenis kelamin laki-laki, oleh sebab itu kami memberinya nama Dedek Kurniawan ujar Ratih kemarin (22/2).

Nah, lanjut Ratih setelah Dedek berusia 2 Minggu saya memutuskan untuk kembali ke Martapura tepatnya di desa Tanjung Kemala Ujung RT 2 RW 2 No. 221 tempat nenek saya dan meninggalkan suami saya di kebon karena saya tidak tahan dengan kondisi anak saya yang rewel, sampai diMartapura saya dianjurkan Nenek saya untuk memmeriksakan anak saya ke Rumah Sakit Umum Baturaja, sekitar 8hari anak saya di rawat di rumah sakit, dan dokter memastikan kalau jenis kelamin anak saya ini bukan laki-laki tapi perempuan, karena saluran tempat buang air kecil yang berfungsi adalah di saluran yang perempuan, sementara saluran jenis kelamin laki-lakinya tidak berfungsi, sementara tepat pembuangan air besar yang tidak dimiliki anak saya Dokter berinisiatif mebuatkan saluran Anus di perut bagian sebelah kiri, setelah anak ini memiliki berat badan 10 Kilo baru anak saya akan dibuatkan anus seprti anak-anak normal pada umunya, ujar Ratih.

Adik dari Eko (15), Siti (10), Robi (7), dan Rahma (2,5) ini saat dilahirkan berkemungkinan berat badan yang dimilikinya tidak dibawah normal, karena saat usia Dedek yang lenih dari 1 bulan berat badan nya hanya mencapai 3 Kilo, bisa diperkirakan saat di lahirkan Bayi mungil hanya meiliki berat 24 Ons, saat hamil saya memang tidak pernah memberikan Gizi yang baik untuk anak saya karena kami memang serba kekurangan, tapi diantara ke 5 anak saya baru kali ini saya memiliki anak dengan kondisi yang memprihatinkan,

Sementara Handiyah (79), nenek dari Ratih mengatakan saya sengaja menyuruh cucu saya ini untuk tinggal disini bersama saya dan kakek nya, karena kondisi anaknya yang tidak memungkinkan antuk tinggal di iebun bersama suaminya karena di sana daerahnya sangat terpencil dan jauh dari keramian, takutnya kalau nanti ada apa-apa susah untuk mencari pertologan, sementara Usman suami Ratih masih di Ranau untun bekerja, s esekali ia datang kesini untuk menjenguk anak dan istrinya, ujar Handiyah. Kami sangat berharap kepada Pemerintah atau para dermawan yang bersedia membantu kami sangat mengharapkan uluran tangannya, karena saya tidak kuasa melihat kondisi cicit saya ini, apalagi saat dokter mengungkapkan kalau saluran salura tempat pembuangan air besar akan di pindahkan seperti layaknya anak-anak normal lainnya menuggu berat badannya sampai 10 Kilo, kalau menunggu sampai berat 10 Kilo saya perkirakan usia anak ini sudah 1 tahun, saya khawatir kalau menunggu selama itu apa tidak semakin susah untuk melaksanakan Operasi, apa karena cucu saya hanya menggunakan Askes terus pemeriksaannya tidak maksimal seperti ini, dan cucu saya Ratih ini juga tidak banyak bertanya sama Dokter, mungkin karena orang kebon dan tidak pahan tentang medis jadi Ratih hanya menurut saja apa kata Dokter, Ujar Handiyah.(fit)

Pasca Rampok, Bendung Perjaya Sepi Pengunjung


MARTAPURA – Pasca musibah rampok yang dialami Ginawan, (22) warga OKU yang mengakibatkan dirinya mengalami luka serius dibagian kening serta harus merelakan tiga buah ponsel miliknya dirampas perampok saat dirinya tengah asik menikmati menikmati keindahan wisata air, ini membuat pengunjung bendung irigasi perjaya semakin sepi pengunjung. Pasalnya semenjak pemberitaan Koran ini beberapa waktu lalu ini semakin membuat pengunjung trauma. Pantauan Koran ini kemarin (13/4) beberapa sudut tempat wisata andalan kabupaten OKUT ini nyaris tak ada pengunjung yang datang untuk menikmati suasana keindahan wisata air. Sesekali hanya terlihat pengemudi yang hanya sekedar lalu lalang melintasi tempat wisata ini. Ditemui Koran ini kemarin Leo (28) saat kebutalan melintas dikawasan ini, dirinya mengatakan memang sekarang bendung ini sepi pengunjung bahkan bisa dikatakan tidak ada sama sekali, ini membuat pedagang yang perjualan diseputaran tempat wisata ini nyaris tidak ada pembeli karena pengunjung takut. “Saya mengtahui tentag kejadian rampok yang dialami oleh pengunjung beberapa waktu lalu, kalo tidak salah kejadiannya paa hari minggu. Biasaya setiap hari libur bendung ini selalu ramai pengunjung. Namun pasca musibah rampok itu pengunjung tempat wisata ini nyaris menghilang karena takut menjadi korban rampok berikutnya” Ungkap Leo. Senada disampaikan Zul (40) yang juga merupakan warga seputaran bendung perjaya. Zul mengatakan setidaknya bendung yang menjadi wisata andalan kabupaten ini dapat lebih dijaga. Tidak hanya dari segi fasilitas namun juga kemanan. Apalagi korban rampok kemarin merupakan warga luar, semestinya kita sebagai warga malu karena saat kita berkunjung keluar kita selalu dalam keadaan aman hingga sampai rumah, namu kenapa saat mereka yang mengunjungi tempat kita keselamatan mereka malah terancam. “Bendung ini sekarang Cuma sekedar tempat wisata bae, tapi wisatawan yang datang dak katek. Ini terjadi sejak musibah rampok dulu. Mestinyo kito malu, kito datang ketempat uong aman-aman bae hingga sampai rumah. Nah, giliran uong yang datang tempat kito malah celako, itu artinyo kito dak menghormati tamu” Ungkap Zul dengan logat komeringnya.(fit)